Indonesian Air Force Special Corps
(IDAF Air Commando Corps)
(IDAF Air Commando Corps)
Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara
Pasukan khusus TNI – AU ini adalah cikal bakal pasukan payung di dalam TNI. Mereka lahir hampir seumur Republik tercinta ini. Pada tanggal 17 Oktober 1947 di hutan Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah dilakukan penerjunan 13 pasukan payung yang berasal dari anggota PPP (Pasukan Pertahanan Pangkalan) pada tanggal itulah akhirnya diresmikan sebagai Hari Jadi Korps Baret Jingga. Dahulu TNI AU mempunyai 3 jenis pasukan yaitu : PPP (Pasukan Pertahanan Pangkalan), PGT (Pasukan Gerak Tjepat) dan PSU (Penangkis Serangan Udara). Awal mulanya terjadilah seleksi. Anggota PPP yang melakukan penerjunan di Kotawaringin direkrut menjadi anggota PGT begitu juga bagi anggota PPP yang memenuhi persyaratan. Sekolah Para didirikan di lanud Andir tahun 1950. Selain memperdalam ilmu para (airborne), PGT juga mempelajari ilmu Dallan, Dalpur dan kemampuan bertempur infanteri lainnya. Dalam perkembangannya AURI juga merasa memerlukan pasukan penangkis serangan udara, maka berdirilah beberapa baterai PSU tak lama berselang dari kelahiran PGT. Anggotanya pun adalah anggota PPP yang memenuhi persyaratan. Dididik terjun payung di sekolah para dan lmu tempur lainnya seperti PGT. Plusnya adalah mereka di didik ilmu artileri pertahanan udara dengan menggunakan meriam. Berawal dari sekolah para di Lanud Andir pula-lah kemudian ADRI, ALRI dan bahkan POLRI mengembangkan pasukan berkualifikasi “Airborne”. Kemudian membentuk sekolah para di tubuh angkatan masing – masing. Lama – lama PPP juga mewajibkan pendidikan para bagi calon anggotanya. Laksda (U) A. Wiriadinata adalah komandan PGT pertama (1952) yang banyak membawa angin segar terhadap perkembangan pasukan payung di Indonesia terutama dalam tubuh AURI. Konsep PGT dari awal mulanya memang terkonsep pada kemampuan para dan komando. Beliau juga pernah menjadi Panglima Gabungan Pendidikan Paratroops (KOGABDIK PARA). Para Instruktur di sekolah para Lanud Andir adalah mereka (anggota ADRI dan AURI) yang pernah mengenyam pendidikan para di Fort Benning US ARMY. Disamping itu Soerjadi Soeryadarma KSAU Indonesia pertama juga menanamkan betapa pentingnya mempunyai pasukan payung. Sejarah paskhas terus merangkak, tanggal 19 April 1963 PGT, PSU dan PPP dilebur menjadi satu dengan nama KOPPAU (Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara). Namun 3 tahun kemudian, tanggal 27 Mei 1966 Kopasgat (Komando Pasukan Tjepat) resmi dibentuk menggantikan nama KOPPAU. Di era nama Kopasgat – lah, korps baret jingga ini sangat terkenal. Bahkan PDL Sus Kopasgat menjadi acuan pemakaian PDL TNI saat operasi Seroja. 19 tahun kemudian pada tanggal 11 Maret 1985 Kopasgat berubah nama menjadi Pusat Pasukan Khas TNI AU. Hanya 2 tahun berselang, Puspaskhasau ditingkatkan menjadi salah satu Korps berkualifikasi pasukan khusus dalam TNI – AU dengan nama Korps Pasukan Khas Angkatan Udara (Korpaskhasau) sampai sekarang. Penggunaan baret jingga terus dipertahankan sebagai identitas korps. Hanya prajurit yang tangguh dan bermental baja yang mampu melewati pendidikan komando dan menjadi prajurit komando Korpaskhasau.
Perubahan organisasi pasukan (catatan tambahan)
Dalam perjalanan sejarahnya organisasi Korpaskhas mengalami perubahan, berawal dari kebutuhan Badan Keamanan Rakyat Udara (BKRO) untuk melindungi pangkalan udara yang direbut dari tentara Jepang terhadap serangan tentara Belanda. Setelah Indonesia merdeka sekaligus konsolidasi BKRO dibentuklah organisasi darat yaitu Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) yang masih bersifat lokal. Baru pada tahun 1950, PPP dipusatkan di Jakarta dengan sebutan Air Base Defence Troop (ABDT) membawahi 8 kompi PPP.
Pada tahun 1950 diadakan sekolah terjun payung di Lanud Andir dalam rangka mempersiapkan pembentukan pasukan PARA, hasil didik dari sekolah para inilah yang kemudian disusun kompi-kompi pasukan para. Setelah terbentuk kompi-kompi pasukan para, pada bulan Februari 1952 dibentuk Pasukan Gerak Tjepat (PGT) sehingga pada tahun 1952, Pasukan TNI AU terdiri dari PPP, PGT dan PSU (Penangkis Serangan Udara).
Dalam rangka pembebasan Irian Barat, sesuai perintah MEN/PANGAU dibentuk Resimen Tim Pertempuran Pasukan Gerak Tjepat (RTP PGT) yang melingkupi seluruh pasukan di atas.
Perubahan organisasi pasukan (catatan tambahan)
Dalam perjalanan sejarahnya organisasi Korpaskhas mengalami perubahan, berawal dari kebutuhan Badan Keamanan Rakyat Udara (BKRO) untuk melindungi pangkalan udara yang direbut dari tentara Jepang terhadap serangan tentara Belanda. Setelah Indonesia merdeka sekaligus konsolidasi BKRO dibentuklah organisasi darat yaitu Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) yang masih bersifat lokal. Baru pada tahun 1950, PPP dipusatkan di Jakarta dengan sebutan Air Base Defence Troop (ABDT) membawahi 8 kompi PPP.
Pada tahun 1950 diadakan sekolah terjun payung di Lanud Andir dalam rangka mempersiapkan pembentukan pasukan PARA, hasil didik dari sekolah para inilah yang kemudian disusun kompi-kompi pasukan para. Setelah terbentuk kompi-kompi pasukan para, pada bulan Februari 1952 dibentuk Pasukan Gerak Tjepat (PGT) sehingga pada tahun 1952, Pasukan TNI AU terdiri dari PPP, PGT dan PSU (Penangkis Serangan Udara).
Dalam rangka pembebasan Irian Barat, sesuai perintah MEN/PANGAU dibentuk Resimen Tim Pertempuran Pasukan Gerak Tjepat (RTP PGT) yang melingkupi seluruh pasukan di atas.
KOPPAU
Dan tanggal 15 Oktober 1962 berdasarkan Keputusan MEN / PANGAU No. 159 dibentuk Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU) yang terdiri dari markas Komando berkedudukan di Bandung, Resimen PPP di Jakarta dan Resimen PGT di Bandung. Resimen PPP membawahi 5 Batalyon masing-masing di Palembang, Banjarmasin, Makassar, Biak dan Jakarta sedangkan Resimen PGT membawahi 3 Batalyon masing-masing di Bogor, Bandung dan Jakarta.
Dan tanggal 15 Oktober 1962 berdasarkan Keputusan MEN / PANGAU No. 159 dibentuk Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU) yang terdiri dari markas Komando berkedudukan di Bandung, Resimen PPP di Jakarta dan Resimen PGT di Bandung. Resimen PPP membawahi 5 Batalyon masing-masing di Palembang, Banjarmasin, Makassar, Biak dan Jakarta sedangkan Resimen PGT membawahi 3 Batalyon masing-masing di Bogor, Bandung dan Jakarta.
KOPASGAT
Berdasarkan hasil seminar pasukan di Bandung pada tanggal 11 s.d. 16 April 1966, sesuai dengan Keputusan MEN/PANGAU No. 45 Tahun 1966, tanggal 17 Mei 1966, KOPPAU disahkan menjadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (KOPASGAT) yang terdiri dari 3 Resimen :
Resimen I Pasgat di Bandung, membawahi :
Batalyon A Pasgat di Bogor
Batalyon B Pasgat di Bandung
Resimen II Pasgat di Jakarta, membawahi :
Batalyon A Pasgat di Jakarta
Batalyon B Pasgat di Jakarta
Batalyon C Pasgat di Medan
Batalyon D Pasgat di Banjarmasin
Resimen III Pasgat di Surabaya, membawahi :
Batalyon A Pasgat di Makassar
Batalyon B Pasgat di Madiun
Batalyon C Pasgat di Surabaya
Batalyon D Pasgat di Biak
Batalyon E Pasgat di Yogyakarta
Selanjutnya berdasarkan Keputusan KASAU No. 57 Tanggal 1 Juli 1970, Resimen diganti menjadi WING.
HIRARKI
Korps Pasukan Khas TNI–AU adalah satu satunya wadah berbentuk korps bagi pasukan berkualifikasi khusus di TNI–AU bahkan dalam TNI. Korpaskhasau bersanding dengan Kopassus TNI AD adalah Pasukan khusus berstatus KOMANDO resmi yang dimiliki oleh TNI. Hal ini karena 2 organisasi pasukan khusus ini bersifat (KOTAMA) BERDIRI SENDIRI dengan pelatihan dan kemampuan serang yang sangat lethal secara individual. Paskhas lahir sebagai pasukan komando sejak masa kelahirannya. Mereka diterjunkan dengan unit kecil di belakang garis pertahanan lawan dan langsung menusuk jantung pertahanan musuh. Maka itulah para personel pasukan payung AURI ini dididik dengan metode komando yang diadopsi dari SAS Inggris (melalui pendidikan di Pusdik RPKAD). Metode pendidikan komando “ala baret merah” mulai dilakukan di Wing III Diklat sejak Paskhas masih bernama KOPPAU. Korpaskhasau memakai sebutan “Pasukan” untuk jargon korps nya. Disingkat (Psk).
TUGAS POKOK
Paskhas merupakan satuan tempur darat (khusus) berkemampuan tiga matra: laut, darat, udara. Hanya saja dalam operasi, tugas dan tanggungjawab, Paskhas lebih ditujukan untuk merebut dan mempertahankan pangkalan udara dari serangan musuh, untuk selanjutnya menyiapkan bagi pendaratan pesawat kawan. Kemampuan satu ini disebut Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD). Namun bukan berarti paskhas tak mahir bertempur di hutan, kota dan laut. Korps ini juga mengajarkan berbagai ilmu pertempuran di berbagai medan sampai penanggulangan teror aspek udara yang dikenal sebagai ATBARA (Anti Bajak Udara)
STRUKTUR ORGANISASI
Korpaskhasau dipimpin oleh Perwira Tinggi berbintang Satu (Marsekal Pertama) Korpaskhasau membawahi 3 Wing, 1 Detasemen Kawal Protokol dan 1 Detasemen Bravo (Detasemen Penanggulangan Teror). Wing adalah sebutan untuk Brigade. Setiap Wing membawahi 3 Skadron (Batalyon) dan 3 s/d 5 Flight (Kompi/Baterai). Khusus Wing III sebagai lembaga pendidikan membawahi 3 Satuan Pendidikan. Komandan Wing adalah seorang Kolonel. Komandan Skadron atau Detasemen dijabat Letkol. Sedang Komandan Satuan Pendidikan / Kompi / Baterai dijabat Kapten / lettu senior. Komandan Peleton disandang Letda / Lettu junior. Dan jabatan Danru dijabat bintara (Sertu senior diutamakan yang berasal dari tamtama). Hingga saat ini Korps Baret Jingga beranggotakan sekitar 7.000 prajurit terdiri dari tamtama, bintara dan perwira. Belum lagi ada personel paskhas yang ditugaskan di luar penugasan korps. Misalnya bertugas di KOOPSAU, MABES TNI AU atau MABES TNI dan lainnya. Mereka harus siap jika sewaktu waktu korps memanggil mereka untuk mengabdi lagi pada tempat asal muasal mereka meniti karir sebagai prajurit TNI – AU.
Struktur Pasukan Korps Baret Jingga
Wing 1/Hardha Maruta di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, membawahi :
Skadron 461/Cakra Bhaskara (Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta)
Skadron 462/Pulanggeni (Pekanbaru)
Skadron 465/Brajamusti (Pontianak)
Flight A Paskhas Berdiri Sendiri di Bandara Polonia, Medan.
Flight B Paskhas BS Subang
Flight C Paskhas BS di Bandara Atang Sanjaya, Bogor.
Flight G Paskhas BS di Lhokseumawe
Flight H Paskhas BS di Banda Aceh.
Wing 2 Paskhas di Bandara Abdul Rahman Saleh, Malang, membawahi :
Skadron 463 Paskhas di Bandara Iswahyudi, Madiun
Skadron 464/Nanggala Paskhas di Bandara Abdulrachman Saleh, Malang
Skadron 466 Paskhas di Bandara Hasanuddin, Makasar
Flight D Paskhas BS di Kupang
Flight E Paskhas BS Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta
Flight F Paskhas BS (Bandara Manuhua, Biak) .
Wing 3 Paskhas / Pendidikan dan Latihan di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung. Satdik 01 (Kualifikasi Komando/Instruktur Komando), Satdik 02 (Lanjut : Untuk pendidikan lanjutan Pertahanan Pangkalan, Para Lanjut Tempur, Instruktur PLT, Jumpmaster dan Sus DanTim/Dan Flight). Satdik 03 (khusus : bidang pendidikan khusus antara lain Dalpur, Combat SAR, Anti Teror dan anti Bajak Udara)
Den Bravo Paskhas di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung.
Den Walkol Paskhas di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta
Rencana kedepan paskhas akan mengembangkan personelnya tak cuma dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Dipadukan dengan sistem kesenjataan yang terpadu terutama pada unsur pertahanan udara. Saat ini paskhas masih dipusingkan dengan pengganti Triple Gun yang telah uzur dan juga senjata pendukung lainnya termasuk pengganti Senjata perorangan SS – 1 yang kabarnya akan digantikan SiG-552. Jujur saja, senjata SS-1 buatan Pindad memang sudah tidak layak pakai. Sering macet dengan bekas las di sana – sini.
REKRUITMEN
Proses rekruitmen prajurit baret jingga ini dimulai ketika para calon prajurit muda TNI AU telah resmi dilantik menjadi prajurit TNI – AU. Mereka diambil dari semua level kepangkatan di semua level masukan (Secata PK, Secaba PK, AAU dan Sepa/ masukan Sarjana). Khusus untuk tingkat perwira lulusan AAU dan Sepa, sebelumnya mereka menempuh pendidikan dasar kecabangan dalam TNI – AU sesuai korps asalnya. Setelah itu baru menjalani pendidikan komando Paskhas dan jika lulus mereka resmi berganti korps misal dari Korps Elektro (Lek) menjadi Korps Pasukan (Psk).
Awalnya semua prajurit ini di pool untuk menjalani berbagai tes mulai dari kesehatan, psikologi, kesemaptaan, pengetahuan kemiliteran dasar dll. Maklum jati diri sebagai pasukan “khusus” parako khas matra udara adalah sebuah beban yang sangat berat yang akan dipikul generasi penerus Paskhas. Biasanya pada level Secata dan Secaba PK bahkan sejak sebelum masuk pendidikan pembentukan (diktuk) di Lanud Adi Sumarmo, para calon prajurit TNI - AU ini sudah tahu kalau mereka akan dimasukkan ke dalam korps baret jingga ini. Pasalnya ketika mendaftar, sudah tertera pada pengumuman bahwa lulusan Secata/Secaba ini nantinya akan dijuruskan pada korps apa. Hal ini adalah “khas” TNI - AU. Dengan begitu TNI – AU telah mengetahui kualitas lulusan. Berbeda dengan di TNI – AD dan TNI – AL yang tidak mencantumkan korps penyaluran lulusan. Sehingga banyak yang “maen belakang” dengan alasan yang dibuat-buat untuk menghindari korps/kecabangan yang terkesan “sangar” seperti Infanteri di AD atau Marinir di AL. Tak bisa disangkal lagi, 2 korps ini adalah pion utama pertempuran darat. Latihannya melelahkan, keras, brutal, bisa membuat dengkul copot bahkan kematian.
Calon Prajurit Korpaskhasau harus memenuhi berbagai kriteria sehingga layak dianggap sebagai pasukan khusus misalnya:
Mental
v Mempunyai kemauan keras menjadi anggota Korpaskhasau.
v Lulus tes Psikologi dan IQ.
v Dapat mengambil keputusan dengan cepat apabila dalam keadaan terdesak.
v Emosional yang stabil dan tidak meledak ledak.
Fisik
v Tinggi minimal 163 cm
v Prajurit TNI-AU Pria, Berbadan Sehat dan tidak boleh berkacamata
v Umur maksimal 23 tahun (Khusus Perwira kondisional)
v Push Up 70 kali (dalam 2 menit)
v Sit Up 70 kali (dalam 2 menit)
v Pull up 15 kali
v Lari 2 Mil (dalam waktu 15 menit)
v Renang Militer
v Renang gaya bebas
Berdasarkan hasil seminar pasukan di Bandung pada tanggal 11 s.d. 16 April 1966, sesuai dengan Keputusan MEN/PANGAU No. 45 Tahun 1966, tanggal 17 Mei 1966, KOPPAU disahkan menjadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (KOPASGAT) yang terdiri dari 3 Resimen :
Resimen I Pasgat di Bandung, membawahi :
Batalyon A Pasgat di Bogor
Batalyon B Pasgat di Bandung
Resimen II Pasgat di Jakarta, membawahi :
Batalyon A Pasgat di Jakarta
Batalyon B Pasgat di Jakarta
Batalyon C Pasgat di Medan
Batalyon D Pasgat di Banjarmasin
Resimen III Pasgat di Surabaya, membawahi :
Batalyon A Pasgat di Makassar
Batalyon B Pasgat di Madiun
Batalyon C Pasgat di Surabaya
Batalyon D Pasgat di Biak
Batalyon E Pasgat di Yogyakarta
Selanjutnya berdasarkan Keputusan KASAU No. 57 Tanggal 1 Juli 1970, Resimen diganti menjadi WING.
HIRARKI
Korps Pasukan Khas TNI–AU adalah satu satunya wadah berbentuk korps bagi pasukan berkualifikasi khusus di TNI–AU bahkan dalam TNI. Korpaskhasau bersanding dengan Kopassus TNI AD adalah Pasukan khusus berstatus KOMANDO resmi yang dimiliki oleh TNI. Hal ini karena 2 organisasi pasukan khusus ini bersifat (KOTAMA) BERDIRI SENDIRI dengan pelatihan dan kemampuan serang yang sangat lethal secara individual. Paskhas lahir sebagai pasukan komando sejak masa kelahirannya. Mereka diterjunkan dengan unit kecil di belakang garis pertahanan lawan dan langsung menusuk jantung pertahanan musuh. Maka itulah para personel pasukan payung AURI ini dididik dengan metode komando yang diadopsi dari SAS Inggris (melalui pendidikan di Pusdik RPKAD). Metode pendidikan komando “ala baret merah” mulai dilakukan di Wing III Diklat sejak Paskhas masih bernama KOPPAU. Korpaskhasau memakai sebutan “Pasukan” untuk jargon korps nya. Disingkat (Psk).
TUGAS POKOK
Paskhas merupakan satuan tempur darat (khusus) berkemampuan tiga matra: laut, darat, udara. Hanya saja dalam operasi, tugas dan tanggungjawab, Paskhas lebih ditujukan untuk merebut dan mempertahankan pangkalan udara dari serangan musuh, untuk selanjutnya menyiapkan bagi pendaratan pesawat kawan. Kemampuan satu ini disebut Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD). Namun bukan berarti paskhas tak mahir bertempur di hutan, kota dan laut. Korps ini juga mengajarkan berbagai ilmu pertempuran di berbagai medan sampai penanggulangan teror aspek udara yang dikenal sebagai ATBARA (Anti Bajak Udara)
STRUKTUR ORGANISASI
Korpaskhasau dipimpin oleh Perwira Tinggi berbintang Satu (Marsekal Pertama) Korpaskhasau membawahi 3 Wing, 1 Detasemen Kawal Protokol dan 1 Detasemen Bravo (Detasemen Penanggulangan Teror). Wing adalah sebutan untuk Brigade. Setiap Wing membawahi 3 Skadron (Batalyon) dan 3 s/d 5 Flight (Kompi/Baterai). Khusus Wing III sebagai lembaga pendidikan membawahi 3 Satuan Pendidikan. Komandan Wing adalah seorang Kolonel. Komandan Skadron atau Detasemen dijabat Letkol. Sedang Komandan Satuan Pendidikan / Kompi / Baterai dijabat Kapten / lettu senior. Komandan Peleton disandang Letda / Lettu junior. Dan jabatan Danru dijabat bintara (Sertu senior diutamakan yang berasal dari tamtama). Hingga saat ini Korps Baret Jingga beranggotakan sekitar 7.000 prajurit terdiri dari tamtama, bintara dan perwira. Belum lagi ada personel paskhas yang ditugaskan di luar penugasan korps. Misalnya bertugas di KOOPSAU, MABES TNI AU atau MABES TNI dan lainnya. Mereka harus siap jika sewaktu waktu korps memanggil mereka untuk mengabdi lagi pada tempat asal muasal mereka meniti karir sebagai prajurit TNI – AU.
Struktur Pasukan Korps Baret Jingga
Wing 1/Hardha Maruta di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, membawahi :
Skadron 461/Cakra Bhaskara (Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta)
Skadron 462/Pulanggeni (Pekanbaru)
Skadron 465/Brajamusti (Pontianak)
Flight A Paskhas Berdiri Sendiri di Bandara Polonia, Medan.
Flight B Paskhas BS Subang
Flight C Paskhas BS di Bandara Atang Sanjaya, Bogor.
Flight G Paskhas BS di Lhokseumawe
Flight H Paskhas BS di Banda Aceh.
Wing 2 Paskhas di Bandara Abdul Rahman Saleh, Malang, membawahi :
Skadron 463 Paskhas di Bandara Iswahyudi, Madiun
Skadron 464/Nanggala Paskhas di Bandara Abdulrachman Saleh, Malang
Skadron 466 Paskhas di Bandara Hasanuddin, Makasar
Flight D Paskhas BS di Kupang
Flight E Paskhas BS Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta
Flight F Paskhas BS (Bandara Manuhua, Biak) .
Wing 3 Paskhas / Pendidikan dan Latihan di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung. Satdik 01 (Kualifikasi Komando/Instruktur Komando), Satdik 02 (Lanjut : Untuk pendidikan lanjutan Pertahanan Pangkalan, Para Lanjut Tempur, Instruktur PLT, Jumpmaster dan Sus DanTim/Dan Flight). Satdik 03 (khusus : bidang pendidikan khusus antara lain Dalpur, Combat SAR, Anti Teror dan anti Bajak Udara)
Den Bravo Paskhas di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung.
Den Walkol Paskhas di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta
Rencana kedepan paskhas akan mengembangkan personelnya tak cuma dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Dipadukan dengan sistem kesenjataan yang terpadu terutama pada unsur pertahanan udara. Saat ini paskhas masih dipusingkan dengan pengganti Triple Gun yang telah uzur dan juga senjata pendukung lainnya termasuk pengganti Senjata perorangan SS – 1 yang kabarnya akan digantikan SiG-552. Jujur saja, senjata SS-1 buatan Pindad memang sudah tidak layak pakai. Sering macet dengan bekas las di sana – sini.
REKRUITMEN
Proses rekruitmen prajurit baret jingga ini dimulai ketika para calon prajurit muda TNI AU telah resmi dilantik menjadi prajurit TNI – AU. Mereka diambil dari semua level kepangkatan di semua level masukan (Secata PK, Secaba PK, AAU dan Sepa/ masukan Sarjana). Khusus untuk tingkat perwira lulusan AAU dan Sepa, sebelumnya mereka menempuh pendidikan dasar kecabangan dalam TNI – AU sesuai korps asalnya. Setelah itu baru menjalani pendidikan komando Paskhas dan jika lulus mereka resmi berganti korps misal dari Korps Elektro (Lek) menjadi Korps Pasukan (Psk).
Awalnya semua prajurit ini di pool untuk menjalani berbagai tes mulai dari kesehatan, psikologi, kesemaptaan, pengetahuan kemiliteran dasar dll. Maklum jati diri sebagai pasukan “khusus” parako khas matra udara adalah sebuah beban yang sangat berat yang akan dipikul generasi penerus Paskhas. Biasanya pada level Secata dan Secaba PK bahkan sejak sebelum masuk pendidikan pembentukan (diktuk) di Lanud Adi Sumarmo, para calon prajurit TNI - AU ini sudah tahu kalau mereka akan dimasukkan ke dalam korps baret jingga ini. Pasalnya ketika mendaftar, sudah tertera pada pengumuman bahwa lulusan Secata/Secaba ini nantinya akan dijuruskan pada korps apa. Hal ini adalah “khas” TNI - AU. Dengan begitu TNI – AU telah mengetahui kualitas lulusan. Berbeda dengan di TNI – AD dan TNI – AL yang tidak mencantumkan korps penyaluran lulusan. Sehingga banyak yang “maen belakang” dengan alasan yang dibuat-buat untuk menghindari korps/kecabangan yang terkesan “sangar” seperti Infanteri di AD atau Marinir di AL. Tak bisa disangkal lagi, 2 korps ini adalah pion utama pertempuran darat. Latihannya melelahkan, keras, brutal, bisa membuat dengkul copot bahkan kematian.
Calon Prajurit Korpaskhasau harus memenuhi berbagai kriteria sehingga layak dianggap sebagai pasukan khusus misalnya:
Mental
v Mempunyai kemauan keras menjadi anggota Korpaskhasau.
v Lulus tes Psikologi dan IQ.
v Dapat mengambil keputusan dengan cepat apabila dalam keadaan terdesak.
v Emosional yang stabil dan tidak meledak ledak.
Fisik
v Tinggi minimal 163 cm
v Prajurit TNI-AU Pria, Berbadan Sehat dan tidak boleh berkacamata
v Umur maksimal 23 tahun (Khusus Perwira kondisional)
v Push Up 70 kali (dalam 2 menit)
v Sit Up 70 kali (dalam 2 menit)
v Pull up 15 kali
v Lari 2 Mil (dalam waktu 15 menit)
v Renang Militer
v Renang gaya bebas
Kemiliteran
v Menguasai ilmu dasar kemiliteran dan disiplin militer TNI
v Dapat menggunakan senjata serbu per orangan / peralatan tempur dengan baik
v Mempunyai pengetahuan kecabangan Infanteri (lulus sussarpas)
TNI – AU menerapkan sistem perekrutan anggota Korpaskhasau mirip dengan sistem perekrutan Kopassus. Karena satuan baret merah di matra darat ini adalah patokan semua satuan elit di lingkungan TNI sejak dulu. Apabila si calon tak lulus karena sakit yang bisa ditolerir maka akan di pool kembali untuk mengikuti tes pada periode yang akan datang. Namun apabila keadaan si calon sudah tidak bisa ditolerir karena hal tertentu maka akan disalurkan ke korps kecabangan lain.
Setelah dinyatakan lulus tes, para calon prajurit Paskhas langsung menempuh pendidikan Pra – Komando yang biasanya diselenggarakan di Wing III/Diklat Paskhas atau di Lanud Adi Sumarmo selama 3 bulan. Baru setelah lulus latihan Pra – Komando, calon prajurit Paskhas menjalani pendidikan komando yang sebenarnya di WING III/Diklat Paskhas Lanud Sulaiman Bandung.
PENDIDIKAN KOMANDO (DIKKUALSUS KOMANDO)
Pendidikan komando Paskhas dilaksanakan 6 – 7 bulan sesuai dengan keadaan dan perkembangan. Dalam setahun, pendidikan dilaksanakan satu kali. Materi pendidikan komando udara Paskhas dibagi dalam 4 tahap. Ujian bak teori dan praktek di setiap fase sangat menentukan si prajurit dapat melajutkan ke fase berikutnya yang lebih berat. Pendidikan komando Paskhas seperti hal satuan elit lainnya sangat keras dan merontokkan mental. Hanya prajurit terbaik yang bisa bertahan dan nantinya bisa lulus dari tempaan Sekolah Komando Paskhas. Karena dengan lulus pendidikan komando, maka tiket mereka meniti karir dalam di lingkungan TNI-AU khususnya akan terbuka lebar. Atau bagi prajurit yang ingin menjadi bagian dari Bravo (Detasemen Anti Teror Paskhas) apabila mendapat ranking 1 s/d 30 wajib mengikuti tes anggota Bravo.
FASE PENDIDIKAN KOMANDO PASKHAS :
Ø Tahap I (Basis) : Pendidikan basis dilaksanakan di Wing III/Diklat Paskhas. Materi pendidikan yaitu : Menembak, Fisik (Jasmil), Renang, Pertahanan Pangkalan Dasar, teori pertempuran, orientasi, indoktrinasi Paskhas, peloncoan keras dari senior paskhas aktif dari skadron / Dan Skadron. Tahap ini dilakukan 2 bulan untuk membentuk mental prajurit pasukan khusus yang tangguh.
Ø Calon prajurit Paskhas menempuh Sekolah Para Dasar di Sekolah Para TNI-AU di Lanud Sulaman selama 3 Minggu (bagi yang belum menempuh terjun payung)
Ø Tahap II (Gunung Hutan) : Dilaksanakan di Pegunungan Ciwidey Bandung. Materi yang diajarkan menembak, jungle survival,melempar pisau, patroli, jungle warfare, halang rintang, kamp tawanan, tali temali, Air Assault (Mobud), Raid operation, dan Dooper (Merayap sambil ditembaki dari atas) , Daki serbu, selama 3 bulan.
Ø Long March sejauh 420 Km Ciwidey – Cilautereum dengan berhenti di titik tertentu disertai ujian teori / praktik. Calon yang gagal dinyatakan gugur dan dikembalikan (di Poll)
Ø Tahap III (Pendaratan dan Kelautan) : Pendidikan ini dilaksanakan di daerah/pantai Cilauteureun Garut selama 1 bulan. Materi yang diajarkan adalah : Rala Suntai, renang ponco, renang lawan arus, renang lawan gelombang, pendaratan laut, infiltrasi laut dan rawa, terjun laut, sea survival, dan Raid Amfibi.
Ø Tahap IV (Berganda) : Latihan ini adalah tahap terakhir pendidikan komando. Semua Prajurit diharuskan melalui berbagai jenis operasi yang diskenariokan. Bila lulus barulah mereka berhak atas baret jingga Paskhas, brevet komando, brevet para dan kelengkapan paskhas lainnya.
Paskhas menerapkan sistem pendidikan yang keras dan bertingkat dalam setiap tahap yang mesti dilalui. Ada satu ciri khas prajurit komando TNI baik di Kopassus dan Korpaskhasau. Pada awalnya semua materi pokok yang diberikan kepada prajurit “baru” di pendidikan komando adalah tahap dasar sampai medium (menengah). Hal ini dikarenakan selain sifat organisasi yang besar (KOTAMA) dan berdiri sendiri juga untuk efisiensi. Sehingga banyak waktu bagi anggota untuk melanjutkan pendidikan di tingkat master setelah aktif di satuan.
Namun begitu pendidikan komando adalah sistem pendidikan dan pembentukan karakter prajurit yang fleksibel sehingga dapat dijadikan “modal” bagi si prajurit untuk melanjutkan pendidikan lanjutan/lainnya yang memerlukan ketahanan fisik lebih dan kemampuan berpikir cepat. Dalam pendidikan komando, semua tekanan mental dan fisik adalah “makanan sehari –hari” prajurit. Pelatih yang sangar dan kejam juga tak urung membuat nyali ciut. Ditambah lagi semua tanda kepangkatan siswa dicopot. Tak peduli perwira, bintara atau tamtama semua tahap pendidikan, gojlokan, hukuman diterapkan dengan standart yang sama. Ada kalanya dalam latihan praktik seorang perwira lulusan AAU berperan menjadi “caraka” atau kurir di regu yang dipimpin seorang tamtama. Tidak ada gap atau sok – sok an. Semua diperlakukan sama. Ransel diisi dengan beban 30 – 50 kg harus dipakai tiap hari naik turun gunung dan berbagai medan lainnya.
Materi kamp tawanan dan pelolosan juga terdapat dalam pendidikan baret jingga. Selama 3 hari 3 malam siswa diintrograsi, dihajar, dipukul dan dihantam dengan benda keras apabila tidak mengaku oleh pelatih yang berperan sebagai musuh. Materi ini diasumsikan apabila prajurit dalam keadaan ditawan musuh dan dipaksa mengaku. Prajurit paskhas harus benar – benar menguasai tehnik jungle warfare, perang urban (perang kota), survival dan intelijen untuk bisa melaksanakan operasi tempur dengan baik. Karena sebenarnya Paskhas tercipta bukan hanya untuk menjadi “Satpam” nya Lanud TNI-AU seperti yang selama ini dicitrakan. Sejarah membuktikan bahwa Paskhas bisa juga bertempur di belakang garis lawan seperti satuan elit tempur lainnya di TNI-AD dan TNI-AL. Contohnya mulai operasi penerjunan pertama tanggal 17 Oktober 1947 di Kotawaringin, penumpasan berbagai pemberontakan di NKRI, Trikora, Dwikora, Seroja, Papua sampai operasi pemulihan keamanan di NAD.
Upacara pembaretan di lakukan di pantai Cilauteureun. Sebelum itu calon prajurit komando udara ini harus melakukan pendidikan tahap terakhir (Kelautan) dan latihan berganda yang mencakup semua aspek pendidikan tri media ini. Hanya yang terbaik yang dapat lulus dalam pendidikan komando. Sehingga para petinggi TNI-AU dan TNI lainnya termasuk perwakilan dari pasukan khusus di matra darat dan laut TNI turut hadir. Mereka mendemokan keahliannya dalam operasi parako, pertahanan pangkalan, bela diri bersenjata dan tangan kosong, menembak tepat, operasi mobud dan lainnya di hadapan para petinggi TNI-AU, TNI dan para “saudara” nya baik Kopassus TNI-AD, Kopaska TNI-AL dan IPAM Marinir TNI-AL bahkan undangan pasukan khusus sejenis yang dianggap “mirip” paskhas dari negara tetangga maupun negara lainnya.
Setelah lulus dan resmi menyandang prajurit komando udara baret jingga, prajurit baru ini berhak atas brevet komando, wing para dasar TNI – AU, wing menembak (sesuai klasifikasi), wing mobil udara, pisau komando paskhas, wing jungle & sea survival TNI - AU, Baju PDL sus Korpaskhasau, baret jingga, badge bertuliskan “PARA KOMANDO” di lengan sebelah kiri baju dinas dan kelengkapan tempur per orangan lainnya. Prajurit yang baru lulus ini disebar ke WING I dan WING II. Setelah mendapat orientasi dan pembayatan di WING, Prajurit disebar lagi ke skadron – skadron (Batalyon Paskhas) atau seluruh flight (Kompi Pakhas BS) yang berada dalam naungan WING di seluruh Indonesia. Khusus ranking 1 s/d 30 wajib mengikuti tes untuk dipilih menjadi anggota Detasemen Bravo.
KARIR PARA KOMANDO UDARA
Setelah ditempatkan di skadron dan flight, anggota paskhas dapat mengembangkan keahliannya sesuai bidang tugasnya. Mengingat di Skadron terdapat beberapa kompi dan unit yang keahliannya di bagi menjadi beberapa bidang. Antara lain : Pengendalian tempur, Pertahanan Pangkalan, SAR Combat, Tim pelatih Para, manajemen dll. Mereka dapat melanjutkan skill individualnya sampai tingkat master (Madya). Bagi prajurit yang berprestasi dan minimal telah mengalami satu kali penugasan tempur maka akan dipromosikan ke Detasemen Kawal Protokol (Denwalkol) atau Detasemen Bravo juga bisa ke Wing III (Diklat) dan Mako Korpaskhas
Kesempatan untuk kuliah dan menempuh pendidikan secaba dan secapa sebenarnya cukup terbuka di paskhas asalkan si prajurit memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan Korpaskhas yang secara garis besar mirip dengan Kopassus ditambah dengan materi khas matra udara paskhas.
Para prajurit bisa juga melanjutkan pendidikannya di pusdik non TNI AU seperti sekolah jungle warfare di pusdik Kopassus, selam militer di Sekolah Selam TNI AL. Khusus calon anggota bravo maka, para prajurit terpilih akan menjalani pendidikan lanjutan selama 6 bulan guna mendalami perang kota, perang hutan, bunuh senyap peralatan dan persenjataan, menembak tepat, penanggulangan teroris tri media, Free fall, intelijen tempur dan territorial serta berbagai pelajaran khusus lainnya.
Karena berstatus sebagai korps, maka dimanapun prajurit paskhas di lingkungan TNI-AU atau TNI umumnya, prajurit paskhas akan selalu memakai baret jingga nya dan PDH komando. Hal yang sama juga belaku bagi prajurit Korps Marinir TNI – AL. Bedanya Korps Marinir tidak memiliki PDH Komando. Hanya dalam TNI – AD saja yang “memperbolehkan melepas baret korps” ketika si prajurit telah meninggalkan satuan tempur.
Hambatan yang di alami paskhas sebenarnya juga berasal dari TNI – AU sendiri. Promosi tentang keberadaan pasukan komando udara ini sangat kurang. Kebanyakan masyarakat dan kalangan TNI selain matra udara sendiri sering menganggap paskhas adalah sama dengan pasukan infanteri biasa dari TNI – AU dan jarang bertempur. Padahal mereka mempunyai kualifikasi komando dan seabrek kualifikasi tempur khusus lainya. Cuma harus diakui kurangnya pemaksimalan aplikasi dari semua kualifikasi itu. Disamping itu, bisa kita lihat kurangnya petinggi di lingkungan TNI – AU dan TNI yang berasal dari Paskhas. Ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap korps ini. Tidak pernah ada petinggi TNI – AU yang pernah mencapai pangkat bintang 3. Semua pejabat di pegang oleh korps penerbang. Jabatan prajurit TNI – AU dari paskhas diluar korps hanya berkisar di Danlanud tipe B dan C. Diluar itu presentasenya kecil sekali. Dengan kata lain, para perwira Paskhas lulusan AAU yang sebenarnya potensial maka akan putus asa dan kecewa karena karirnya harus terhenti hanya maksimal mengantongi 2 bintang di pundaknya dengan penugasan di luar korps. Maka dari itu, para alumni AAU sangat menghindari ditempatkan di Paskhas. Selain karir yang minim, sebagai pasukan berkualifikasi komando Korpaskhas memang tak sebeken dan kalah pamor dibanding saudara tuanya di Kopassus. Disinilah tantangan TNI – AU dalam menerapkan kesempatan yang sama pada semua korps yang ada. Tak hanya penerbang yang terkesan di “anak emas” kan. Karena sejarah paskhas juga tak lepas dari sejarah penerbangan Indonesia. Bahkan mungkin apabila dididik menjadi pilot, prajurit paskhas juga bisa. Pasukan khusus AU berkualifikasi terlengkap satu satunya di dunia ini butuh pengembangan yang signifikan dari kuantitas, kualitas, karir dan persenjataan modern yang mendesak.
Sebagai salah satu bagian dari elemen air power yang dimiliki TNI – AU, paskhas sangat membutuhkan rudal darat ke udara dengan sistem yang ter integrasi untuk melindungi objek vital seperti pangkalan udara TNI – AU, Bandara udara sipil dan objek vital lainnya. Baru baru ini paskhas menerima 26 unit rudal panggul QW 3 dari Cina untuk sementara menggantikan Triple Gun yang memang telah uzur. Komandan Korpaskhasau Marsma TNI Putu Sulatra mengatakan, Paskhas membutuhkan rudal jarak menengah (6 Km ke atas) dengan komposisi dalam satu baterai (kompi artilri pertahanan udara) terdapat rudal, meriam, radar dan pos komando taktis. Komposisi ini mirip dengan komposisi satu baterai di Yon Arhanud TNI – AD. Bedanya batalyon arhanud TNI AD baik di KOSTRAD maupun KODAM (ringan dan sedang) tidak memiliki rudal. Urusan persenjataan rudal diserahkan kepada Detasemen Rudal (Den Rudal) yang bersifat setingkat batalyon BS di tingkat KODAM (Saat ini mengoperasikan Rudal Rapier).
Pasukan baret jingga juga mengemban tugas untuk mengembangkan potensi olahraga kedirgantaraan. Terutama Terjun Payung Free Fall. Paskhas banyak melatih dan melahirkan atlit terjun jempolan yang menjadi andalan Indonesia dalam berbagai kejuaraan baik nasional maupun internasional. Sekolah Para di Wing III/Diklat adalah saksi bisu dilahirkannya banyak pahlawan olahraga dirgantara Indonesia.
v Menguasai ilmu dasar kemiliteran dan disiplin militer TNI
v Dapat menggunakan senjata serbu per orangan / peralatan tempur dengan baik
v Mempunyai pengetahuan kecabangan Infanteri (lulus sussarpas)
TNI – AU menerapkan sistem perekrutan anggota Korpaskhasau mirip dengan sistem perekrutan Kopassus. Karena satuan baret merah di matra darat ini adalah patokan semua satuan elit di lingkungan TNI sejak dulu. Apabila si calon tak lulus karena sakit yang bisa ditolerir maka akan di pool kembali untuk mengikuti tes pada periode yang akan datang. Namun apabila keadaan si calon sudah tidak bisa ditolerir karena hal tertentu maka akan disalurkan ke korps kecabangan lain.
Setelah dinyatakan lulus tes, para calon prajurit Paskhas langsung menempuh pendidikan Pra – Komando yang biasanya diselenggarakan di Wing III/Diklat Paskhas atau di Lanud Adi Sumarmo selama 3 bulan. Baru setelah lulus latihan Pra – Komando, calon prajurit Paskhas menjalani pendidikan komando yang sebenarnya di WING III/Diklat Paskhas Lanud Sulaiman Bandung.
PENDIDIKAN KOMANDO (DIKKUALSUS KOMANDO)
Pendidikan komando Paskhas dilaksanakan 6 – 7 bulan sesuai dengan keadaan dan perkembangan. Dalam setahun, pendidikan dilaksanakan satu kali. Materi pendidikan komando udara Paskhas dibagi dalam 4 tahap. Ujian bak teori dan praktek di setiap fase sangat menentukan si prajurit dapat melajutkan ke fase berikutnya yang lebih berat. Pendidikan komando Paskhas seperti hal satuan elit lainnya sangat keras dan merontokkan mental. Hanya prajurit terbaik yang bisa bertahan dan nantinya bisa lulus dari tempaan Sekolah Komando Paskhas. Karena dengan lulus pendidikan komando, maka tiket mereka meniti karir dalam di lingkungan TNI-AU khususnya akan terbuka lebar. Atau bagi prajurit yang ingin menjadi bagian dari Bravo (Detasemen Anti Teror Paskhas) apabila mendapat ranking 1 s/d 30 wajib mengikuti tes anggota Bravo.
FASE PENDIDIKAN KOMANDO PASKHAS :
Ø Tahap I (Basis) : Pendidikan basis dilaksanakan di Wing III/Diklat Paskhas. Materi pendidikan yaitu : Menembak, Fisik (Jasmil), Renang, Pertahanan Pangkalan Dasar, teori pertempuran, orientasi, indoktrinasi Paskhas, peloncoan keras dari senior paskhas aktif dari skadron / Dan Skadron. Tahap ini dilakukan 2 bulan untuk membentuk mental prajurit pasukan khusus yang tangguh.
Ø Calon prajurit Paskhas menempuh Sekolah Para Dasar di Sekolah Para TNI-AU di Lanud Sulaman selama 3 Minggu (bagi yang belum menempuh terjun payung)
Ø Tahap II (Gunung Hutan) : Dilaksanakan di Pegunungan Ciwidey Bandung. Materi yang diajarkan menembak, jungle survival,melempar pisau, patroli, jungle warfare, halang rintang, kamp tawanan, tali temali, Air Assault (Mobud), Raid operation, dan Dooper (Merayap sambil ditembaki dari atas) , Daki serbu, selama 3 bulan.
Ø Long March sejauh 420 Km Ciwidey – Cilautereum dengan berhenti di titik tertentu disertai ujian teori / praktik. Calon yang gagal dinyatakan gugur dan dikembalikan (di Poll)
Ø Tahap III (Pendaratan dan Kelautan) : Pendidikan ini dilaksanakan di daerah/pantai Cilauteureun Garut selama 1 bulan. Materi yang diajarkan adalah : Rala Suntai, renang ponco, renang lawan arus, renang lawan gelombang, pendaratan laut, infiltrasi laut dan rawa, terjun laut, sea survival, dan Raid Amfibi.
Ø Tahap IV (Berganda) : Latihan ini adalah tahap terakhir pendidikan komando. Semua Prajurit diharuskan melalui berbagai jenis operasi yang diskenariokan. Bila lulus barulah mereka berhak atas baret jingga Paskhas, brevet komando, brevet para dan kelengkapan paskhas lainnya.
Paskhas menerapkan sistem pendidikan yang keras dan bertingkat dalam setiap tahap yang mesti dilalui. Ada satu ciri khas prajurit komando TNI baik di Kopassus dan Korpaskhasau. Pada awalnya semua materi pokok yang diberikan kepada prajurit “baru” di pendidikan komando adalah tahap dasar sampai medium (menengah). Hal ini dikarenakan selain sifat organisasi yang besar (KOTAMA) dan berdiri sendiri juga untuk efisiensi. Sehingga banyak waktu bagi anggota untuk melanjutkan pendidikan di tingkat master setelah aktif di satuan.
Namun begitu pendidikan komando adalah sistem pendidikan dan pembentukan karakter prajurit yang fleksibel sehingga dapat dijadikan “modal” bagi si prajurit untuk melanjutkan pendidikan lanjutan/lainnya yang memerlukan ketahanan fisik lebih dan kemampuan berpikir cepat. Dalam pendidikan komando, semua tekanan mental dan fisik adalah “makanan sehari –hari” prajurit. Pelatih yang sangar dan kejam juga tak urung membuat nyali ciut. Ditambah lagi semua tanda kepangkatan siswa dicopot. Tak peduli perwira, bintara atau tamtama semua tahap pendidikan, gojlokan, hukuman diterapkan dengan standart yang sama. Ada kalanya dalam latihan praktik seorang perwira lulusan AAU berperan menjadi “caraka” atau kurir di regu yang dipimpin seorang tamtama. Tidak ada gap atau sok – sok an. Semua diperlakukan sama. Ransel diisi dengan beban 30 – 50 kg harus dipakai tiap hari naik turun gunung dan berbagai medan lainnya.
Materi kamp tawanan dan pelolosan juga terdapat dalam pendidikan baret jingga. Selama 3 hari 3 malam siswa diintrograsi, dihajar, dipukul dan dihantam dengan benda keras apabila tidak mengaku oleh pelatih yang berperan sebagai musuh. Materi ini diasumsikan apabila prajurit dalam keadaan ditawan musuh dan dipaksa mengaku. Prajurit paskhas harus benar – benar menguasai tehnik jungle warfare, perang urban (perang kota), survival dan intelijen untuk bisa melaksanakan operasi tempur dengan baik. Karena sebenarnya Paskhas tercipta bukan hanya untuk menjadi “Satpam” nya Lanud TNI-AU seperti yang selama ini dicitrakan. Sejarah membuktikan bahwa Paskhas bisa juga bertempur di belakang garis lawan seperti satuan elit tempur lainnya di TNI-AD dan TNI-AL. Contohnya mulai operasi penerjunan pertama tanggal 17 Oktober 1947 di Kotawaringin, penumpasan berbagai pemberontakan di NKRI, Trikora, Dwikora, Seroja, Papua sampai operasi pemulihan keamanan di NAD.
Upacara pembaretan di lakukan di pantai Cilauteureun. Sebelum itu calon prajurit komando udara ini harus melakukan pendidikan tahap terakhir (Kelautan) dan latihan berganda yang mencakup semua aspek pendidikan tri media ini. Hanya yang terbaik yang dapat lulus dalam pendidikan komando. Sehingga para petinggi TNI-AU dan TNI lainnya termasuk perwakilan dari pasukan khusus di matra darat dan laut TNI turut hadir. Mereka mendemokan keahliannya dalam operasi parako, pertahanan pangkalan, bela diri bersenjata dan tangan kosong, menembak tepat, operasi mobud dan lainnya di hadapan para petinggi TNI-AU, TNI dan para “saudara” nya baik Kopassus TNI-AD, Kopaska TNI-AL dan IPAM Marinir TNI-AL bahkan undangan pasukan khusus sejenis yang dianggap “mirip” paskhas dari negara tetangga maupun negara lainnya.
Setelah lulus dan resmi menyandang prajurit komando udara baret jingga, prajurit baru ini berhak atas brevet komando, wing para dasar TNI – AU, wing menembak (sesuai klasifikasi), wing mobil udara, pisau komando paskhas, wing jungle & sea survival TNI - AU, Baju PDL sus Korpaskhasau, baret jingga, badge bertuliskan “PARA KOMANDO” di lengan sebelah kiri baju dinas dan kelengkapan tempur per orangan lainnya. Prajurit yang baru lulus ini disebar ke WING I dan WING II. Setelah mendapat orientasi dan pembayatan di WING, Prajurit disebar lagi ke skadron – skadron (Batalyon Paskhas) atau seluruh flight (Kompi Pakhas BS) yang berada dalam naungan WING di seluruh Indonesia. Khusus ranking 1 s/d 30 wajib mengikuti tes untuk dipilih menjadi anggota Detasemen Bravo.
KARIR PARA KOMANDO UDARA
Setelah ditempatkan di skadron dan flight, anggota paskhas dapat mengembangkan keahliannya sesuai bidang tugasnya. Mengingat di Skadron terdapat beberapa kompi dan unit yang keahliannya di bagi menjadi beberapa bidang. Antara lain : Pengendalian tempur, Pertahanan Pangkalan, SAR Combat, Tim pelatih Para, manajemen dll. Mereka dapat melanjutkan skill individualnya sampai tingkat master (Madya). Bagi prajurit yang berprestasi dan minimal telah mengalami satu kali penugasan tempur maka akan dipromosikan ke Detasemen Kawal Protokol (Denwalkol) atau Detasemen Bravo juga bisa ke Wing III (Diklat) dan Mako Korpaskhas
Kesempatan untuk kuliah dan menempuh pendidikan secaba dan secapa sebenarnya cukup terbuka di paskhas asalkan si prajurit memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan Korpaskhas yang secara garis besar mirip dengan Kopassus ditambah dengan materi khas matra udara paskhas.
Para prajurit bisa juga melanjutkan pendidikannya di pusdik non TNI AU seperti sekolah jungle warfare di pusdik Kopassus, selam militer di Sekolah Selam TNI AL. Khusus calon anggota bravo maka, para prajurit terpilih akan menjalani pendidikan lanjutan selama 6 bulan guna mendalami perang kota, perang hutan, bunuh senyap peralatan dan persenjataan, menembak tepat, penanggulangan teroris tri media, Free fall, intelijen tempur dan territorial serta berbagai pelajaran khusus lainnya.
Karena berstatus sebagai korps, maka dimanapun prajurit paskhas di lingkungan TNI-AU atau TNI umumnya, prajurit paskhas akan selalu memakai baret jingga nya dan PDH komando. Hal yang sama juga belaku bagi prajurit Korps Marinir TNI – AL. Bedanya Korps Marinir tidak memiliki PDH Komando. Hanya dalam TNI – AD saja yang “memperbolehkan melepas baret korps” ketika si prajurit telah meninggalkan satuan tempur.
Hambatan yang di alami paskhas sebenarnya juga berasal dari TNI – AU sendiri. Promosi tentang keberadaan pasukan komando udara ini sangat kurang. Kebanyakan masyarakat dan kalangan TNI selain matra udara sendiri sering menganggap paskhas adalah sama dengan pasukan infanteri biasa dari TNI – AU dan jarang bertempur. Padahal mereka mempunyai kualifikasi komando dan seabrek kualifikasi tempur khusus lainya. Cuma harus diakui kurangnya pemaksimalan aplikasi dari semua kualifikasi itu. Disamping itu, bisa kita lihat kurangnya petinggi di lingkungan TNI – AU dan TNI yang berasal dari Paskhas. Ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap korps ini. Tidak pernah ada petinggi TNI – AU yang pernah mencapai pangkat bintang 3. Semua pejabat di pegang oleh korps penerbang. Jabatan prajurit TNI – AU dari paskhas diluar korps hanya berkisar di Danlanud tipe B dan C. Diluar itu presentasenya kecil sekali. Dengan kata lain, para perwira Paskhas lulusan AAU yang sebenarnya potensial maka akan putus asa dan kecewa karena karirnya harus terhenti hanya maksimal mengantongi 2 bintang di pundaknya dengan penugasan di luar korps. Maka dari itu, para alumni AAU sangat menghindari ditempatkan di Paskhas. Selain karir yang minim, sebagai pasukan berkualifikasi komando Korpaskhas memang tak sebeken dan kalah pamor dibanding saudara tuanya di Kopassus. Disinilah tantangan TNI – AU dalam menerapkan kesempatan yang sama pada semua korps yang ada. Tak hanya penerbang yang terkesan di “anak emas” kan. Karena sejarah paskhas juga tak lepas dari sejarah penerbangan Indonesia. Bahkan mungkin apabila dididik menjadi pilot, prajurit paskhas juga bisa. Pasukan khusus AU berkualifikasi terlengkap satu satunya di dunia ini butuh pengembangan yang signifikan dari kuantitas, kualitas, karir dan persenjataan modern yang mendesak.
Sebagai salah satu bagian dari elemen air power yang dimiliki TNI – AU, paskhas sangat membutuhkan rudal darat ke udara dengan sistem yang ter integrasi untuk melindungi objek vital seperti pangkalan udara TNI – AU, Bandara udara sipil dan objek vital lainnya. Baru baru ini paskhas menerima 26 unit rudal panggul QW 3 dari Cina untuk sementara menggantikan Triple Gun yang memang telah uzur. Komandan Korpaskhasau Marsma TNI Putu Sulatra mengatakan, Paskhas membutuhkan rudal jarak menengah (6 Km ke atas) dengan komposisi dalam satu baterai (kompi artilri pertahanan udara) terdapat rudal, meriam, radar dan pos komando taktis. Komposisi ini mirip dengan komposisi satu baterai di Yon Arhanud TNI – AD. Bedanya batalyon arhanud TNI AD baik di KOSTRAD maupun KODAM (ringan dan sedang) tidak memiliki rudal. Urusan persenjataan rudal diserahkan kepada Detasemen Rudal (Den Rudal) yang bersifat setingkat batalyon BS di tingkat KODAM (Saat ini mengoperasikan Rudal Rapier).
Pasukan baret jingga juga mengemban tugas untuk mengembangkan potensi olahraga kedirgantaraan. Terutama Terjun Payung Free Fall. Paskhas banyak melatih dan melahirkan atlit terjun jempolan yang menjadi andalan Indonesia dalam berbagai kejuaraan baik nasional maupun internasional. Sekolah Para di Wing III/Diklat adalah saksi bisu dilahirkannya banyak pahlawan olahraga dirgantara Indonesia.
Special Forces of IDAF Bravo 90 Detachement
Detasemen elit Bravo 90 yang dimiliki Paskhas tampil makin garang. Salah satu kemampuannya dalam membebaskan sandera, diperagakan siang ini sebagai bagian dari latihan pemantapan satuan Paskhasau di Lanud Suryadarma. Lalu seperti apa detasemen Bravo 90 yang saat ini dikenal dengan Special Forces of Indonesia Air Force (SFoIDAF) Bravo 90 Detachement? Seperti halnya satuan-satuan elit lainnya, detasemen Bravo juga sudah dilokalisir. Komplek kecil di Lanud Margahayu, Bandung itu, dipagari hingga tidak bisa dimasuki atau dilewati sembarangan orang. Fasilitas latihan juga tengah dibangun. Pelatihan juga terus ditingkatkan baik secara mandiri maupun dengan satuan sejenis di Kopassus dan Marinir. SFoIDAF Bravo 90 saat ini diduga berjumlah tak sampai 150 personil. Selain menjalankan tugas-tugas intelijen dibawah perintah Panglima TNI dengan BKO Bais, terlibat dalam misi-misi gabungan TNI untuk mengamankan objek-objek vital, Bravo juga ditempatkan dalam detasemen-detasemen Pengawal Pribadi (Walpri) untuk KSAU dan presiden.
Pistol Scorpion sudah tinggal kenangan. Kini Bravo memiliki senjata jagonya CQB yaitu MP 5. Sebagian adalah hibah dari Korea. Namun begitu masih bagus. Pistol pun pakai SiG Sauer. Anggota Bravo dilengkapi uniform full gears dengan peralatan terbaru. Mulai dari rompi anti peluru, NVG, pelindung kaki dan lutut, sepatu khusus, pelindung mata, pisau lempar sampai Jeep Land rover yang telah dimodifikasi. Bahkan dalam situasi khusus, Bravo bisa memboyong pesawat – pesawat TNI AU dari pesawat angkut sampai pesawat tempur untuk menyokong misi operasinya. Pasukan “inti” baret jingga yang saat ini di pimpin oleh Mayor (Psk) Roy Bait ini juga kerap berlatih dengan “kakak2 “nya di Gultor Kopassus dan Den Jaka Marinir.
Bravo mempunyai 3 tim yang disebut Alfa 1 s/d 3. Alfa 1 mempunyai spesialisasi intelijen. Alfa 2 berkualifikasi spesialisasi perang kota/hutan dan Alfa 3 spesialisasi Counter Terrorism. Disamping itu ada Tim Bantuan Mekanik untuk pemeliharaan senjata dan peralatan serta tim khusus plus tim pelatih. Tapi sebenarnya 6 tim itu mempunyai keahlian yang merata di bidang counter terrorism.
Pendidikan Bravo sekitar 6 bulan. Dilaksanakan di Wing III/Diklat Paskhas Satdik 02 Lanjut dan Satdik 03 Khusus. Anggotanya diseleksi dari siswa terbaik lulusan secako udara paskhas dan personel aktif di skadron/Wing. Semua diseleksi ketat mulai dari IQ, Kesemaptaan, keahlian spesialisasi militer yang dibutuhkan serta kesehatan. Semua dengan asistensi lembaga TNI AU yang berkompeten dengan bidang masing – masing.
Lulus dari saringan ketat, maka calon mengikuti pendidikan yang terdiri dari beberapa fase : Pendidikan Intelijen strategis selama 3 bulan (digelar link – up dengan BAIS TNI), Conventional Warfare dan Penanggulangan Teror. .
Rampung di BAIS, siswa kemudian mendalami ilmu serbuan counter terrorism dan penguasaan berbagai macam senjata api dan senjata tajam di kamp konsentrasi Atbara (Anti Bajak Udara) Margahayu dengan berbagai macam tehnik serbuan : serbuan gedung, kereta api, pesawat, kapal laut, dan bus. Tehnik CQB diajarka dengan keras pada tahap ini dengan menggunakan MP 5, pistol SiG Sauer, Glock, Shotgun Benelli M1 Super 90.
Setelah itu tibalah saat Materi pendalaman Jungle Warfare, infiltrasi laut dan udara, operasi Raid dan Patroli Plus Pengintaian Jarak Jauh. Semua diperlakukan sama baik perwira , bintara atau tamtama. Item yang harus dijalani adalah paling tidak 12 item yaitu : lari sprint 3.200 m per 12 menit, lari cepat untuk kekuatan kaki 5 km per 24 menit, renang 2 km tanpa perlengkapan khusus selama 12 jam, panjat tebing dll.
Tibalah materi berganda dimana didalamnya terdapat materi dimana mereka mengenang kembali saat pertama menjadi calon prajurit Paskhas. Yaitu Kamp tawanan dan Pelolosan. Mereka diangkut dalam hutan, ditutup matanya dan hanya mengenakan celana dalam. Dalam kamar gelap, mereka dihajar habis habisan, dan diinterograsi selama 3 hari 3 malam. Materi ini adalah menguji mental ketika mereka sewaktu waktu tertangkap musuh dalam tugas. Yang bikin merinding adalah kalau tidak tidak kuat si calon bisa gila.
Setelah itu para calon anggota Bravo harus melewati suatu rangkaian skenario latihan berganda yang merupakan studi kasus mirip kejadian aslinya. Runtun mulai dari kasus intelijen, perang hutan, CQB dan Penanggulangan Teror di 3 media. Mereka harus bisa menyelesaikan itu semua tepat dengan waktu yang telah diberikan. Nampaknya para pelatih Detasemen Penanggulangan Teror “ala” Pasukan khusus TNI AU ini tak main – main. Peluru tajam digunakan dalam latihan tahap akhir. Alhasil para calon Bravo juga penuh perhitungan, cermat, cepat sekaligus tepat dalam bertindak. Bertempur total dan habis – habisan. Itulah kesimpulan akhir pendidikan Bravo. Mereka tercetak menjadi prajurit elit Paskhas yang siap diterjunkan di mana saja di seluruh Indonesia. Setelah lulus, para personel Bravo muda ini berhak atas brevet bravo, lambang, Call Sign dan perlengkapan tempur standard Bravo lainnya. Mereka juga dibagi ke dalam 3 tim Alfa dan Tim Ban Nik. Bagi para personel Bravo yang telah dianggap senior, bisa dipindahkan ke Tim khusus yang tak lain “berisi” prajurit Bravo berkemampuan di luar matra udara yaitu Frogmens yang mampu melakukan infiltrasi lewat laut, Selam Tempur, UDT, Zeni Demolisi, Penerbangan, elektronika dll.
Rentang penugasan Bravo dimulai sejak 1992 dalam pengamanan KKT di Jakarta, Misi pemulangan TKI Cina, dan misi Geser Tim – Tim sebagai buntut lepasnya Tim – tim dari NKRI. Bravo ditugasi mengendaikan Bandara Komoro bersama 2AFDG (Royal Australian Air Force Airfield Defence Guards). Namun Pengamanan pusat kota juga dipercayakan kepada komando Bravo. Setelah itu dalam konflik Ambon Bravo mengalami berbagai peperangan frontal dari darat ke darat dalam menyekat 2 kubu yang bertikai dalam konflik tergabung dalam Yon Gab 1 bersama Kopassus dan Taifib Marinir. Dalam kejadian itu Kopassus kehilangan seorang prajuritnya dan Bravo menerima musibah yaitu Komandan Peleton 3 yang kebetulan dijabat kontingen Bravo terkena ledakan granat. Akhirnya Markas Bravo segera mengirim komandan baru yaitu Lettu Psk Dodi yang diterjunkan seorang diri. Setelah mengalami beberapa pertempuran sengit sebelum “menemukan” Bravo bersama pasukan TNI lainnya, akhirnya Lettu Psk Dodi dapat bergabung dengan tim Bravo. Misi yang mereka emban adalah Countersniper. Ada Sniper liar yang sengaja mengarah pada pasukan Marinir dan Yon Gab 1. Tenyata sniper liar itu dikendalikan oleh komando gelap yang berpusat hotel Wijaya 11. Bravo kebagian jatah sebagai pasukan Direct Action. Inilah saat kemampuan CQB mereka diuji. Walau hujan tembakan namun Bravo dapat mendobrak masuk dalam gedung. Ternyata Kendali komando gelap itu adalah sejumlah oknum pimpinan TNI dan Polri. Dalam Konflik Aceh, Bravo ditugasi untuk mengamankan Bandara dan lanud di seluruh wilayah NAD. Dan melakukan operasi direct action bergabung dengan pasukan lainnya apabila diperintahkan.
Bravo baru saja berlatih dengan US PACOM ( Komando AB AS di Pasifik) dan mendapatkan ilmu baru di bidang ke linud-an. Bravo melakukan latihan bersama dengan Kopaska, Den Jaka, Ton Tai Pur dan Gultor Kopassus dalam HUT Kopaska baru – baru ini. Untuk kedepan ada peningkatan standart pasukan sehingga mencapai 1 detasemen secara utuh dibawah pimpinan seorang Letnan Kolonel.
The Orange Beret’s arsenals
Ø Senjata Serbu :SS-1 (rencananya akan diganti dengan SiG 552), MP 5,
AK 47, M16 A3 Commando
Ø Senjata Khusus : Benelli Shotgun M1 Super 90, Roket Panggul QW - 3
Ø Pistol : Sig Sauer, Glock 17, P 1
Ø Sniper : SIG SHR 970 Tactital Rifle, PGM Ultimate Ratio Hecate II
(untuk Counter Sniper).
Ø Parasut : MC11
Ø Senjata Berat : DSHK 12,7 mm
Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana…….Hail Paskhas !!!!
2 comments:
Saya mengakui bahwa Paskhas memang tidak sepopuler kopassus dan marinir. Menurut pengalaman saya, banyak orang yang bertanya apa itu paskhas? Dalam hati saya merasa pasukan sekeren paskhas seharusnya cukup populer. Saya tidak meragukan kemampuan paskhas yang Alhamdulillah, luar biasa!!amazing, fantastic, lovely, wunderbar, so cool!!Saya rasa paskhas harus terus berprestasi dan berprestasi, keep on fighting for the glory of our nation. I love U all. Bravo.
bravo korpaskhasau...kami mendukungmu, kami membanggakanmu, kami mengharapkanmu...wahai prajurit tri media (darat,laut bahkan memang paling jaya di udara)
Post a Comment